Oleh : Wahyudi Widada, S. Kp, M.Ked
(Dosen Patologi Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jember)
Asma terjadi
akibat reaksi yang berlebihan terhadap alergen (zat asing penyebab alergi) yang
ditandai oleh penyempitan bronkus, sesak nafas hebat dan mendadak, kemudian
diikuti oleh gejala-gejala seperti, wheezing
(bunyi ngik-ngik), lelah, gangguan kesadaran, kulit membiru, perubahan tekanan
darah dan bekerjanya otot bantu pernafasan.
Seseorang yang
mengalami alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk antibodi Ig E
(Immunoglobulin E) dalam jumlah yang tak normal, dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila bereaksi dengan antigen spesifiknya. Pada kondisi asma,
antibodi ini terutama melekat di sel mast
interstisial paru yang terkait erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil.
Bila seseorang
menghirup alergen, maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat. Setelahnya,
antibodi yang telah melekat pada sel mast
akan bereaksi dengan alergen, sehingga menyebabkan sel ini mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin,
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini menyebabkan udema (bengkak)
lokal pada dinding bronkiolus kecil, pelepasan mukus (lendir) yang kental dalam
lubang bronkiolus dan spasme otot polos bronkiolus, akibatnya ketegangan
saluran nafas pun meningkat.
Sementara bekam
dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan cepat.
Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, bekam dapat meningkatkan
kemampuan peremajaan eritrosit. Terapi bekam yang dilakukan secara teratur
diduga kuat dapat merangsang kekebalan seluler, sehingga daya tahan tubuh meningkat.
Pembekaman
mengakibatkan bendungan lokal, perangsangan titik meridian, hipoksia dan
radang, hal inilah yang dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan
cepat. Lima belas hari setelah pembekaman terbukti akan meningkatkan kelenturan
dinding sel darah merah, ,merangsang kerja sistem kekebalan tubuh, yang
meliputi sel limfosit T CD8+, makrofag, dan sel pembunuh alami, maka hasil
akhirnya adalah terjadinya peningkatan daya tahan tubuh. Mekanisme peningkatan
daya tahan tubuh tersebut akan sama, baik bekam dilakukan sebagai pencegahan
maupun pengobatan terhadap penyakit.
Di sisi lain
makrofag menghasilkan sitokin dalam jumlah yang berlebihan, sehingga makrofag
merupakan sel efektor penting pada kekebalan yang diperantarai oleh sel, misalnya
hipersensitivitas tipe lambat. Sitokin ini tidak hanya mempengaruhi sel T dan
sel B, tetapi juga mempengaruhi jenis sel lain seperti sel endotel dan
fibroblas.
Makrofag bekerja
untuk melumpuhkan dan akhirnya membunuh mikroba yang diikat oleh antibodi dan
atau komplemen, oleh karena itu makrofag merupakan unsur pemberi pengaruh yang
penting pada kekebalan humoral dan seluler. Adapun
mekanisme pada kerusakan jaringan, sama dengan mekanisme yang digunakan oleh
sel T untuk menyingkirkan sel yang berkaitan dengan mikroba. Sel T CD4+
bereaksi terhadap antigen pada sel atau jaringan, lalu terjadi pelepasan
sitokin yang memicu inflamasi dan aktivasi makrofag. Kerusakan jaringan
disebabkan oleh pelepasan sitokin dari makrofag dan sel-sel inflamasi yang
lain. Sel T CD8+ dapat menghancurkan sel yang berikatan dengan antigen asing.
Pada banyak
penyakit auto kekebalan yang diperantarai oleh sel T, terdapat sel T CD4+ dan
sel T CD8+yang spesifik untuk antigen diri, dan keduanya berperan pada
kerusakan jaringan. Bukti secara eksperimental menunjukkan bahwa pertahanan
anti mikrobakteri adalah makrofag dan limfosit T.
Sel fagosit
mononuklear atau makrofag berperan sebagai pemberi pengaruh utama sedangkan
limfosit T sebagai pendukung proteksi atau kekebalan. Makrofag bertugas
melumpuhkan dan akhirnya membunuh mikroba yang diikat oleh antibodi dan atau
komplemen. Oleh karena itu makrofag merupakan unsur pemberi pengaruh yang
penting pada kekebalan humoral dan seluler.
Pada sistem
kekebalan, sel darah putih bergerak sebagai organisme seluler bebas dan
merupakan lengan kedua sistem kekebalan bawaan. Sel darah putih bawaan termasuk
fagosit makrofag, neutrofil, dan sel dendritik, sel mast, eosinofil, basofil dan sel pembunuh alami. Sel tersebut
mengenali dan membunuh patogen dengan menyerang patogen yang lebih besar
melalui kontak atau dengan menelan atau membunuh mikroorganisme tersebut. Sel
bawaan juga merupaka mediator penting pada aktivasi sistem kekebalan adaptif.
Berdasarkan
mekanisme yang telah dijabarkan, ditambah dengan adanya kenyataan secara
statistik, bekam terbukti meningkatkan sel limfosit T pembunuh, maka terapi
bekam untuk serangan asma adalah sangat tepat dan rasional.
Berkaitan dengan
fungsi bekam pada kasus asma, maka terdapat dua tujuan pembekaman terhadap
pasien asma. Pertama, meningkatkan
dan memperbaiki imunitas. Adapun area
pembekamannya pada titik kahlil, katifain
dan akhda’in atau semua titik di
tengkuk dan punggung. Dengan demikian diharapkan sistem imun dan reaksi
radang dapat diperbaiki dan dioptimalkan.
Kedua, yaitu bertujuan untuk
memperbaiki sistem organ paru dan saluran napas. Area pembekamannya adalah satu jari di bawah tulang selangka
(klavikula) kiri dan kanan, tiga jari dari tulang dada setinggi puting susu
kiri kanan serta di ulu hati. Dengan ini, diharapkan bronkus dan bronkiolus
yang menyempit, serta cairan di saluran napas mendapat reaksi langsung akibat
pembekaman.
Reaksi sistem
imun yang terjadi di dalam tubuh amat sangat komplek, maka seharusnya terapis
dan pasiennya selain berikhtiar dengan bekam, harus juga bertawakal dan
menyandarkan kesembuhan hanya kepada Alloh SWT.
Wallohu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar