Jumat, 05 Oktober 2012

PENGARUH BEKAM BAGI PENDERITA ASMA


Oleh : Wahyudi Widada, S. Kp, M.Ked
(Dosen Patologi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jember)

                Asma terjadi akibat reaksi yang berlebihan terhadap alergen (zat asing penyebab alergi) yang ditandai oleh penyempitan bronkus, sesak nafas hebat dan mendadak, kemudian diikuti oleh gejala-gejala seperti, wheezing (bunyi ngik-ngik), lelah, gangguan kesadaran, kulit membiru, perubahan tekanan darah dan bekerjanya otot bantu pernafasan.
                Seseorang yang mengalami alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk antibodi Ig E (Immunoglobulin E) dalam jumlah yang tak normal, dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila bereaksi dengan antigen spesifiknya. Pada kondisi asma, antibodi ini terutama melekat di sel mast interstisial paru yang terkait erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil.
                Bila seseorang menghirup alergen, maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat. Setelahnya, antibodi yang telah melekat pada sel mast akan bereaksi dengan alergen, sehingga menyebabkan sel ini mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini menyebabkan udema (bengkak) lokal pada dinding bronkiolus kecil, pelepasan mukus (lendir) yang kental dalam lubang bronkiolus dan spasme otot polos bronkiolus, akibatnya ketegangan saluran nafas pun meningkat.
                Sementara bekam dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan cepat.
Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, bekam dapat meningkatkan kemampuan peremajaan eritrosit. Terapi bekam yang dilakukan secara teratur diduga kuat dapat merangsang kekebalan seluler, sehingga daya tahan tubuh meningkat.
                Pembekaman mengakibatkan bendungan lokal, perangsangan titik meridian, hipoksia dan radang, hal inilah yang dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan cepat. Lima belas hari setelah pembekaman terbukti akan meningkatkan kelenturan dinding sel darah merah, ,merangsang kerja sistem kekebalan tubuh, yang meliputi sel limfosit T CD8+, makrofag, dan sel pembunuh alami, maka hasil akhirnya adalah terjadinya peningkatan daya tahan tubuh. Mekanisme peningkatan daya tahan tubuh tersebut akan sama, baik bekam dilakukan sebagai pencegahan maupun pengobatan terhadap penyakit.
                Di sisi lain makrofag menghasilkan sitokin dalam jumlah yang berlebihan, sehingga makrofag merupakan sel efektor penting pada kekebalan yang diperantarai oleh sel, misalnya hipersensitivitas tipe lambat. Sitokin ini tidak hanya mempengaruhi sel T dan sel B, tetapi juga mempengaruhi jenis sel lain seperti sel endotel dan fibroblas.
                Makrofag bekerja untuk melumpuhkan dan akhirnya membunuh mikroba yang diikat oleh antibodi dan atau komplemen, oleh karena itu makrofag merupakan unsur pemberi pengaruh yang penting pada kekebalan humoral dan seluler. Adapun mekanisme pada kerusakan jaringan, sama dengan mekanisme yang digunakan oleh sel T untuk menyingkirkan sel yang berkaitan dengan mikroba. Sel T CD4+ bereaksi terhadap antigen pada sel atau jaringan, lalu terjadi pelepasan sitokin yang memicu inflamasi dan aktivasi makrofag. Kerusakan jaringan disebabkan oleh pelepasan sitokin dari makrofag dan sel-sel inflamasi yang lain. Sel T CD8+ dapat menghancurkan sel yang berikatan dengan antigen asing.
                Pada banyak penyakit auto kekebalan yang diperantarai oleh sel T, terdapat sel T CD4+ dan sel T CD8+yang spesifik untuk antigen diri, dan keduanya berperan pada kerusakan jaringan. Bukti secara eksperimental menunjukkan bahwa pertahanan anti mikrobakteri adalah makrofag dan limfosit T.
                Sel fagosit mononuklear atau makrofag berperan sebagai pemberi pengaruh utama sedangkan limfosit T sebagai pendukung proteksi atau kekebalan. Makrofag bertugas melumpuhkan dan akhirnya membunuh mikroba yang diikat oleh antibodi dan atau komplemen. Oleh karena itu makrofag merupakan unsur pemberi pengaruh yang penting pada kekebalan humoral dan seluler.
                Pada sistem kekebalan, sel darah putih bergerak sebagai organisme seluler bebas dan merupakan lengan kedua sistem kekebalan bawaan. Sel darah putih bawaan termasuk fagosit makrofag, neutrofil, dan sel dendritik, sel mast, eosinofil, basofil dan sel pembunuh alami. Sel tersebut mengenali dan membunuh patogen dengan menyerang patogen yang lebih besar melalui kontak atau dengan menelan atau membunuh mikroorganisme tersebut. Sel bawaan juga merupaka mediator penting pada aktivasi sistem kekebalan adaptif.
                Berdasarkan mekanisme yang telah dijabarkan, ditambah dengan adanya kenyataan secara statistik, bekam terbukti meningkatkan sel limfosit T pembunuh, maka terapi bekam untuk serangan asma adalah sangat tepat dan rasional.
                Berkaitan dengan fungsi bekam pada kasus asma, maka terdapat dua tujuan pembekaman terhadap pasien asma. Pertama, meningkatkan dan memperbaiki imunitas. Adapun area pembekamannya pada titik kahlil, katifain dan akhda’in atau semua titik di tengkuk dan punggung. Dengan demikian diharapkan sistem imun dan reaksi radang dapat diperbaiki dan dioptimalkan.
                Kedua, yaitu bertujuan untuk memperbaiki sistem organ paru dan saluran napas. Area pembekamannya adalah satu jari di bawah tulang selangka (klavikula) kiri dan kanan, tiga jari dari tulang dada setinggi puting susu kiri kanan serta di ulu hati. Dengan ini, diharapkan bronkus dan bronkiolus yang menyempit, serta cairan di saluran napas mendapat reaksi langsung akibat pembekaman.  
                Reaksi sistem imun yang terjadi di dalam tubuh amat sangat komplek, maka seharusnya terapis dan pasiennya selain berikhtiar dengan bekam, harus juga bertawakal dan menyandarkan kesembuhan hanya kepada Alloh SWT.

Wallohu A’lam 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar